Dapatkan informasi-informasi menarik yang belum pernah anda dapatkan

Penembakan Massal di AS, Tak Cukup Doa dan Ucapan Duka

Friday, October 2, 2015

Penembakan Massal di AS, Tak Cukup Doa dan Ucapan Duka

Amerika kembali terguncang. Insiden penembakan terjadi lagi di sebuah kampus di negara bagian Oregon.
Kampus Umpqua Community College yang berlokasi di Desa Roseburg, Oregon, Kamis pagi, 1 Oktober 2015 mendadak banjir air mata. Drama penembakan meneror kampus  yang berlokasi di wilayah yang tenang tersebut saat siswa sedang menikmati kegiatan belajar, sekitar pukul 10.38 waktu setempat.
Menurut Jaksa Oregon, Ellen Rosenblum,  akibat penembakan tersebut, 13 siswa tewas dan 20 lainnya luka-luka. Pelakunya diidentifikasi sebagai seorang anak muda berusia sekitar 26 tahun. Sebagian media Amerika menyebut nama Chris Harper Mercer. Namun Sheriff Douglas County John Hanlin, menolak menyebut nama pelaku. Ia mengakui pelaku tewas dalam tembak menembak dengan polisi, namun Hanlin masih memilih merahasiakan identitas pelaku.
“Ini adalah hari yang mengerikan. Saya jamin anda tak akan mendapatkan namanya dari saya,” kata Hanlin kepada media di AS. Hanlin mengatakan tak ingin membuka semua sebelum segalanya jelas. Hanlin juga belum memberikan penjelasan resmi tentang pelaku dan apa motivasi yang menjadi latar belakang pelaku melakukan penembakan dan pembunuhan itu. Pihak kepolisian hanya mengatakan, mereka akan segera menggelar investigasi untuk mendalami kasus ini.
Presiden Obama menyatakan duka citanya dengan kekecewaan yang mendalam. Seperti dikutip dari Reuters, Kamis, 1 Oktober 2015, Presiden ke 45 Amerika Serikat itu kembali menekankan perlunya aturan pengendalian senjata yang lebih ketat.
"Seperti yang saya katakan beberapa bulan lalu dan saya katakan beberapa bulan lalu, dan saya katakan setiap kali kita melihat penembakan massal semacam ini, doa dan pernyataan duka saja sudah tidak cukup," ujar Obama.
Dia setuju dengan pernyataan yang menyebut aksi penembakan massal dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kelainan jiwa.  "Tetapi, bukan kita satu-satunya negara di muka bumi ini yang memiliki orang-orang yang jiwanya sakit dan ingin menyakiti orang lain. Namun, hanya kita satu-satunya negara maju di planet ini yang menyaksikan penembakan massal semacam ini setiap beberapa bulan sekali,” katanya tegas.